Mengurai Belitan Kesalahan*
Bila kita pernah melakukan kesalahan, hendaknya kita bersedia mengakuinya. Bila orang lain melakukan kesalahan hendaklah kita memaafkannya. mengakui kesalahan tidaklah mudah bahkan teramat menyakitkan. Semakin tinggi status sosial kita maka semakin tidak mudah. Apa lagi kalo punya banyak penggemar dan pemujanya.
Menyadari kesalahan tentunya berbeda dengan mengakui kesalahan. Mengakui kesalahan akan menyebabkan orang yang mengakui dosanya menjadi kehilangan muka. Kalo mengakui kesalahan diri sendiri sulit, apa lagi memaafkan kesalahan orang lain. Bahkan lebih sulit lagi. 'Saya tidak bisa memaafkan dia. Luka hati saya masih terasa perih bagai tersayat-sayat.' Toh, hati kecil kita mengatakan, 'sudahlah maafkan dia. sebesar apapun kesalahannya maafkanlah dia.' Mengapa kita harus memaafkan? karena hanya dengan memaafkan, Allah berkenan mengampuni kesalahan kita. Bila kita tidak memaafkan berarti kita menolak sifat Maha Pengampun Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Bila kita melakukan perbuatan salah maka kita akan terbelit oleh kesalahan yang kita lakukan. Ada perasaan berdosa yang membelit hidup kita terus menerus. Dosa itu seolah mengejar -ngejar kita dimanapun berada. Kita dibuat tidak bisa makan enak dan tidur nyenyak. Sampai kita mengakui perbuatan yang pernah kita lakukan.
Demikian halnya dengan kesalahan orang lain. Bila kita tidak bisa memaafkan kesalahannya maka hati kita tersiksa akibat rasa geram, marah, benci dan dendam berkepanjangan. Membelit dan menyesakkan dada. Belitan itu akan akan bisa kita lepaskan ketika kita bersedia untuk memaafkan sebagai firman Allah Subahanu Wa Ta'ala.
Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang kebaikan, serta berpalinglah dari orang-orang yangtidak mengerti. (QS. al-A'raf : 199).
---
*) Tulisan ini materi on air pada acara 'Power of Peace' di Radio Bahana FM Setiap rabu malam jam 6 s.d 7 malam
Tiada ulasan:
Catat Ulasan